CONTOH PENULISAN KARYA TULIS UNTUK KENAIKAN PANGKAT
ANALISIS DISIPLIN PEGAWAI DAN PENGARUHNYA TERHADAP
TINGKAT KINERJA PADA KANTOR
XXXXXXXXXX
DISUSUN
O
L
E
H
NAMA : XXX
N I M : xxx
|
SISTIMATIKA PENULISAN KARYA TULIS PRESTASI PERORANGAN PELAKSANAAN UJIAN
DINAS KENAIKAN PANGKAT
PROVINSI XXXXXXXXXX
TAHUN 2016
Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat
Rahmat serta Hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan karya
Tulis Prestasi Perorangan Pelaksanaan Ujian Kenaikan Pangkat,
yang merupakan salah satu syarat yang harus disusun oleh setiap peserta Karya
tulis ini mengambil judul :
“Analisis Disiplin Pegawai dan Pengaruhnya
terhadap Tingkat Kinerja pada Kantor Xxxxxxxxxx”.
Selawat beriring salam tidak lupa juga penulis persembahkan kepangkuan
junjungan alam Nabi Besar Muhammad Saw, beserta keluarga , sahabat dan pengikut
sekalian , yang telah berjuang melawan kekafiran sehingga kita dapat merasakan
indahnya hidup dalam Agama Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Dalam penyusunannya penulisan tidak lepas dari dukungan berbagai pihak,
baik berupa kesempatan, bimbingan moril maupun dukungan materil. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada :
1.
Keluarga tercinta yang telah memberi cinta kasih,
semangat dan dorongan moril.
2. Bapak
Xxxxxxxxxx yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
Ujian Dinas.
Akhirnya penulis sangat menyadari
bahwa penulisan Karya Tulis ini masih jauh dari kesempurnaan,
hal ini disebabkan
karena keterbatasan penulis
dan waktu yang tersedia oleh
karena itu sangat penulis harapkan kepada Allah SWT dengan berserah diri sambil
memanjatkan do’a semoga Karya Tulis ini bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi instansi permanen penulis.
_________, 04 Februari 2016
Penulis,
xxxxxx
Nip. 00000000000
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1 Latar Belakang................................................................................. 1
2 Identifikasi Masalah......................................................................... 2
3 Maksud dan Tujuan.......................................................................... 3
4 Sistematik Pembahasan.................................................................... 3
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN............................................................. 4
1 Pengertian Disiplin........................................................................... 4
2 Pengertian Pegawai.......................................................................... 5
3 Kinerja.............................................................................................. 7
4 Organisasi......................................................................................... 9
5 Kepemimpinan dan Motivasi.......................................................... 10
BAB III PEMBAHASAN................................................................................... 12
1 Gambaran Umum........................................................................... 12
2 Peran Disiplin PNS Terhadap Kinerja............................................ 16
3 Hambatan dalam Pelaksanaan Disiplin Kerja................................. 18
4 Upaya Peningkatan Disiplin........................................................... 19
BAB IV PENUTUP............................................................................................. 21
DAFTAR KEPUSTAKAAN................................................................................ 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Era baru penyelenggaraan pemerintahan daerah
telah dimulai dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Format baru tersebut dimaksudkan untuk menjawab tuntutan
yang sangat kuat terhadap demokrasi pemerintah dan pelaksanaan desentralisasi,
sehingga kewenangan mengurus, mengatur dan memenej rumah tangga daerah diserahkan kepada
masyarakat daerah.
Dengan semakin bersarnya peran
masayarakat dalam pembangunan, maka peran aparatur negara perlu difokuskan
sebagai agen pembaharuan melalui pengembangan sistem manajemen kebijaksanaan
publik, sehingga aparatur negara akan berfungsi sebagai motivator dan
fasilitator guna tercapainya swakarsa dan swadaya masyarakat dan dunia usaha.
Menghadapi masyarakat yang sangat
beragam dan dinamis dengan berbagai permasalahan yang kompleks, sistem
birokrasi pemerintahan tidak lagi dapat mempertahankan karakteristiknya yang
birokratis, kaku, lamban, kurang responsive, berorientasi kepada status quo,
serta korup. Aparatur pemerintah saat ini harus mampu mengakomodasi
perkembangan aspirasi dan partisipasi masyarakat modern yang dinamis, kompleks
dan beragam. Oleh karena itu sumber daya manusia dengan meningkatkan disiplin
kerja bagi setiap aparatur negara sangat penting untuk dilaksanakan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa disiplin
diri sebagai pegawai sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas pemerintahan dan
pembangunan agar dapat
mencapai
tujuannya secara efektif dan efesien. Oleh karena itu pemerintahan pun telah
mencanangkan Gerakan Disiplin Nasional yang dimulai dari setiap diri individu
pegawai, yang kemudian pemerintah menjadikannya Peraturan Pemerintah mengenai
disiplin pegwai yang memuat tentang kewajiban, larangan dan sanksi bagi pegawai
yang melanggar.
Mengingat peranan disiplin diri
sebagai Pegawai Negeri Sipil begitu besar, maka perlu pembinaan terus menerus
agar disiplin dapat ditegakkan mulai dari bagian yang terbawah sampai dengan
pimpinan tertinggi dari suatu badan, kantor atau lembaga. Namun, untuk
membangun disiplin diri pada setiap pegawai tidaklah mudah sehingga perlu
strategi yang tepat untuk membangun disiplin pada diri pegawai.
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas penulis tertarik untuk mengetahui lebih mendalam faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi disiplin kerja pada Kantor Xxxxxxxxxx Kabupaten Xxxxxxxxxx.
Untuk itu penulis mencoba mengangkat permasalahan diatas dengan mengadakan
penelitian ilmiah dengan judul : “Analisis
Disiplin Pegawai dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Kinerja pada Kantor
Xxxxxxxxxx Kabupaten Xxxxxxxxxx”
2. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan
yang telah penulis uraikan didalam latar belakang permasalahan diatas, maka
yang menjadi permasalahan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :
a. Bagaimana pengaruh
disiplin terhadap pegawai
untuk meningkatkan kinerja pegawai Kantor Xxxxxxxxxx
Kabupaten Xxxxxxxxxx.
b. Apa
hambatan yang dialami oleh pegawai dalam meningkatkan disiplin kerja.
c. Bagaimana
upaya membangun disiplin dengan peningkatan prestasi kerja pegawai .
3. Maksud dan Tujuan
Penulisan Karya Ilmiah ini bertujuan untuk :
a.
Memenuhi
salah satu tugas peserta yang akan
mengikuti Ujian Dinas guna memperoleh Pangkat/Gol. Ruang : Pembina (IV/a)
b.
Mengetahui
sejauh mana aktualisasi teori anlisis disiplin pegawai dan pengaruhnya terhadap
tingkat kinerja pada Kantor Xxxxxxxxxx.
4. Sistematika Pembahasan
Dalam penyusunan Karya Tulis
ini Penulis menggunakan metoda analisis deskriptif dengan pendekatan teoristis. Dengan karya
tulis ini diharapakan akan memperoleh gambaran mengenai masalah yang terjadi
pada isu aktual yang di pilih. Penulis membandingkan antara teori yang ada
dengan fakta yang terjadi pada Kantor Xxxxxxxxxx. Proses penyusunan Karya Tulis ini meliputi
pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data, yang disusun dengan uraian
sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Tinjauan Kepustakaan
Bab III : Pemecahan
Masalah
Bab IV : Penutup.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Pengertian
Disiplin
Menurut Sri Murtini (2004) disiplin
adalah taat kepada aturan atau ketentuan yang mengatur atau yang dapat menjadi
acuan atau pedoman bagi seseorang untuk melakukan kewajibannya dan menghindari
laranganannya.
Disiplin merupakan salah satu unsur
pokok dalam upaya mencapai kualitas atau keberhasilan manajemen disamping unsur
pemahaman dan kesungguhan. Jika salah satu unsur itu tidak ada akan menimbulkan
dampak kualitas manajemen yang kurang baik. Oleh karena disiplin harus mampu
ditanamkan pada seluruh pegawai, dengan cara : mengenal dirinya sendiri,
mendisiplinkan diri, memimpin dengan keteladanan, menanamkan semangat
kemandirian, hindari sikap dan perilaku negatif dan anggapan disiplin itu
sebagai suatu ibadah.
Dilihat dari
disiplin tidaknya pegawai dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
aparatur dalam upaya menyelesaikan tugasnya sehari-hari. Apabila setiap Pegawai
selaku unsur aparatur Pemerintah ataupun sebagai alat abdi masyarakat dapat
menjalankan tugas atau kewajibannya secara disiplin maka pelaksanaan tugas
pemerintah atau pembangunan akan berjalan sesuai dengan rencana, Lancar dan
terkendali. Ini berarti bahwa disiplin diri bagi setiap Pegawai dapat berperan
sebagai salah satu potensi Sumber daya Manusia aparatur, yang harus
ditingkatkan untuk dapat mencapai tujuan bersama secara efektif dan efesien.
Salah satu
aspek kekuatan Sumber Daya Manusia dapat tercermin pada sikap dan prilaku dari
pegawai, karena disiplin mempunyai dampak yang kuat
terhadap
suatu organisasi untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan yang
diharapkan. Disiplin dimulai dari diri sendiri, yaitu tidak boleh menunda-nunda
tugas dan kewajibannya, dan memberikan yang terbaik bagi organisasinya.
Davic K dan John W dalam Gering (2003) menyatakan bahwa
disiplin mempunyai 3 (tiga) macam sifat yaitu:
1. Disiplin Preventif adalah
tindakan SDM agar terdorong untuk menaati standar dan peraturan.
2. Disiplin Koreksif adalah tindakan
dilakukan setelah terjadi pelanggaran standar atau peraturan, tindakan tersebut
dimaksud untuk mencegah timbulnya pelanggaaran lebih lanjut.
3. Disiplin Progresif adalah
tindakan disiplin berulang kali berupa hukuman yang makin berat, dengan maksud
agar pihak pelanggar bisa memperbaiki diri sebelum hukuman berat dijatuhkan.
2.
Pengertian
Pegawai
A.W. Widjaja berpendapat bahwa, “Pegawai adalah merupakan
tenaga kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan pikiran) yang
senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok dalam
usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi).” (A.W Widjaja:
2006) Selanjutnya A.W. Widjaja
mengatakan bahwa, pegawai adalah orang-orang yang dikerjakan dalam suatu badan
tertentu, baik di lembaga-lembaga pemerintah maupun dalam badan-badan usaha.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pegawai merupakan
modal pokok dalam suatu organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun
organisasi swasta. Dikatakan bahwa pegawai merupakan modal pokok dalam suatu
organisasi karena berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya
tergantung pada pegawai yang memimpin dalam melaksanakan tugas-tugas yang ada
dalam organisasi tersebut. Pegawai yang telah memberikan tenaga maupun
pikirannya dalam melaksanakan tugas ataupun pekerjaan, baik itu organisasi
pemerintah maupun organisasi swasta akan mendapat imbalan sebagai balas jasa
atas pekerjaan yang telah dikerjakan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Musanef (1984) yang mengatakan bahwa, pegawai adalah
orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan mendapat imbalan jasa berupa gaji
dan tunjangan dari pemerintah atau badan swasta. Selanjutnya Musanef (1984)
memberikan definisi pegawai sebagai pekerja atau worker adalah, Mereka yang
secara langsung digerakkan oleh seorang manajer untuk bertindak sebagai
pelaksana yang akan menyelenggarakan pekerjaan sehingga menghasilkan
karya-karya yang diharapkan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Sedangkan
menurut W.J.S. Poerwadarminta ( 1998 : 723) pegawai adalah orang yang bekerja
pada pemerintah, perusahaan dan sebagainya, sedangkan Drs. Suhadak. MPA ( 2004
: 5) yang dimaksud dengan pegawai adalah : “ setiap warga Negara yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan diangkat oleh pejabat yang diserahi tugas
Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dari definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
pegawai sebagai tenaga kerja atau yang menyelenggarakan pekerjaan perlu
digerakkan sehingga mereka mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam bekerja
yang pada akhirnya akan dapat menghasilkan karya-karya yang bermanfaat untuk
tercapainya tujuan organisasi. Karena tanpa kemampuan dan keterampilan pegawai
sebagai pelaksana pekerjaan maka alat-alat dalam organisasi tersebut akan
merupakan benda mati dan waktu yang dipergunakan akan terbuang dengan percuma
sehingga pekerjaan tidak efektif.
3.
Pengertian Kinerja
Pengertian kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dihasilkan
oleh seorang karyawan diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan, mengemukakan pengertian kinerja sebagai berikut : kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikanya.
Pada umumnya, kinerja diberi batasan sebagai kesuksesan
seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi Lawler dan
Porter dalam Sutrisno (2010) yang menyatakan bahwa kinerja adalah kesuksesan
seseorang dalam melaksanakan tugas. Prawirosentono (1999), mengemukakan kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika.
Miner dalam Sutrisno (2010), mengatakan bahwa kinerja adalah
bagaimana seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan
tugas yang telah dibebankan kepadanya. Setiap harapan mengenai bagaimana
seseorang harus berperilaku dalam melaksanakan tugas, berarti menunjukkan suatu
peran dalam organisasi. Suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun
organisasi privat dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana
dalam bentuk organisasi yang digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan
aktif sebagai pelaku (actors) dalam
upaya mencapai tujuan lembaga atau organisasi bersangkutan (Prawirosentono:
1999).
Tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya
para pelaku yang terdapat pada organisasi tersebut. Dalam hal ini sebenarnya
terdapat hubungan yang erat antara kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja organisasi. Dengan
perkataan lain bila kinerja karyawan baik maka kemungkinan besar kinerja
perusahaan atau organisasi juga baik. Kinerja seorang karyawan akan baik bila
dia mempunyai keahlian yang tinggi, bersedia bekerja keras, diberi gaji sesuai
dengan perjanjian, mempunyai harapan masa depan lebih baik.
Irianto dan Sutrisno (2010), mengemukakan
kinerja karyawan adalah prestasi yang diperoleh seseorang dalam melakukan tugas.
Keberhasilan organisasi tergantung pada kinerja para pelaku organisasi
bersangkutan. Oleh karena itu, setiap unit kerja dalam suatu organisasi harus
dinilai kinerjanya, agar kinerja sumber daya manusia yang terdapat dalam
unit-unit dalam suatu organisasi tersebut dapat dinilai secara objektif.
Bagaimana cara menilai kinerja sumber daya manusia yang bertanggung jawab dalam
setiap unit kerja? Pada prinsipnya kinerja unit-unit organisasi baik secara
individual maupun kelompok orang yang berada di dalamnya merupakan pencerminan
dari kinerja sumber daya manusia bersangkutan. Dalam hal ini terdapat tiga
kelompok karyawan sesuai dengan fungsinya, yakni kelompok pembuatan strategik
atau kebijakan organisasi, administrasi, dan pelaksana operasi
Berdasarkan uraian tersebut di atas mengungkapkan bahwa
dengan hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melakukan suatu
pekerjaan dapat dievaluasi tingkat kinerja pegawainya, maka kinerja
karyawan harus dapat ditentukan dengan pencapaian target selama periode waktu
yang dicapai organisasi.
4.
Organisasi
Menurut Drs,
Gering Suprayedi, mengartikan organisasi
(2004 : 20) merupakan wadah yang berupa struktur/bagian organisasi tempat
berkumpulnya orang/anggota yang melaksanakan tugas dalam mencapai tujuan
organisasi.
Sedangkan Drs. Turgino (2004 :
21) mengatakan organisasi adalah proses penetapan dan pembagian pekerjaan,
tugas dan tanggung jawab serta pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab serta wewenang. Hubungan kerja sehingga memungkinkan orang atau
anggota berinteraksi dalam pelaksanaan tugas secara efektif dan efesien untuk
mencapai tujuan organisasi.
Dari kedua pengertian diatas
organisasi mempunyai 2 (dua ) aspek, yaitu :
a.
Aspek struktur organisasi yang meliputi pengelompokan orang
secara formal dan bagan organisasi.
b.
Aspek proses prilaku yang meliputi : komunikasi, pembuatan
keputusan, motivasi dan kepemimpinan, Penataan organisasi pemerintah baik pusat
maupun daerah, perlu diarahkan pada terwajudnya organisasi yang efesien,
efektif dan bertanggung jawab. Dengan demikian pendekatan struktur secara
bertahap dialihkan kepada panduan visi, misi, sasaran, strategi dan
program.
5.
Kepemimpinan
dan motivasi
YW. Yunidhia
mengatakan (2000 : 3) Kepemimpinan
adalah hubungan yang erat antara seseorang dan sekelompok manusia karena adanya
kepentingan bersama yang ditandai dengan tingkah laku yang tertuju dan
terbimbing dari manusia yang seorang itu.
Pada
hakikatnya setiap orang adalah pemimpin, sekalipun yang dipimpinnya itu sangat
kecil jumlahnya, dan seorang pemimpin harus mampu memberikan bimbingan dan
arahan serta wajib untuk memberikan komitmen termasuk menanggung resiko dan
kepercayaan.
Tanggung
jawab pemimpin tidak hanya terkait dengan urusan-urusan yang bersifat material
seperti pekerjaan, inventaris kantor,
dan lain sebagainya. Akan tetapi menyangkut bagaimana memotivasi setiap bawahannya untuk dapat
melaksanakan setiap tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik dan sesuai
dengan apa yang diinginkan.
Sedangkan
motivasi menurut Drever adalah faktor-faktor yang ada dalam diri
seseorang yang menggerakkan dan mengarahkan prilakunya untuk memenuhi tujuan
tertentu yang timbul dari gabungan konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan
imbalan. Seorang pemimpin harus mempunyai paradigma: bila anda ingin
menghimbau, hendaknya anda bisa dipercaya, bila anda ingin dipercaya, hendaknya
anda trampil dan professional, dan bila anda ingin profesional hendaknya anda
mampu bekerja benar.
Hasil yang
optimal akan dapat dicapai apabila jika seorang pimpinan mempunyai gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan misi dan visi yang telah disepakati, antara
lain memberikan keteladanan, doronngan atau motivasi dan tanggung jawab serta
mengajak mengimbau bukan memerintah.
BAB III
PEMBAHASAN
1.
Gambaran Umum Kantor Xxxxxxxxxx Kabupaten Xxxxxxxxxx
Kantor Xxxxxxxxxx Kabupaten Xxxxxxxxxx dipimpin oleh satu orang Camat
yang secara umum bertugas dalam penyelenggaraan administrasi dan Keuangan serta
pelaksanaan kegiatan teknis dan administrasi lainnya sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, menyusun perencanaan, mengolah dan
mengkoordinasikan perumusan kebijakan Pembangunan Gampong,
Kantor Xxxxxxxxxx Kabupaten Xxxxxxxxxx terdiri dari Lima Kasi dan Satu
Subbag yaitu Kasi Tata Pemerintahan, Kasi Keistimewaan Xxxxxxxxxx, Kasi
Perizinan, Kasi PMG, Kasi Trantip dan Subbag Umum dan Kepegawaian.
Seksi Tata
Pemerintahan Bertugas dalam melakukan pengelolaan Urusan Pemerintahan Umum,
Mukim dan Gampong, Kependudukan, Catatan Sipil dan Pertanahan.
Seksi
Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong bertugas dalam melakukan perencanaan
pembangunan, pembinaan gampong, pembinaan Tuha Lapan, penyusunan program
perekonomian, produksi, distribusi serta pemberdayaan mayarakat.
Seksi
Ketentraman dan ketertiban Umum bertugas dalam melakukan pembinaan ketentraman
dan ketertiban umum, penegakan peraturan perundang – undangan, idiologi Negara,
Kesatuan Bangsa dan Demokrasi.
Seksi Perizinan
bertugas dalam melakukan pengelolaan administrasi pemberian Izin Usaha,
rekomendasi sesuai dengan peraturan perundang – undangan.
Seksi Keistimewaan
Xxxxxxxxxx bertugas dalam melakukan pembinaan pendidikan, Syariat Islam, Adat
Istiadat dan Kesejahteraan Sosial
Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian betugas dalam
pelaksanaan kegiatan teknis dan administrasi
sesuai dengan ketentuan yang
berlaku untuk mendukung kelancaran tugas pokok Kantor Xxxxxxxxxx Kabupaten Xxxxxxxxxx
diantaranya melakukan urusan surat menyurat, kearsipan dan penggandaan, melakukan
urusan rumah tangga, perjalanan dinas dan keamanan Kantor Camat
Kuta
Blang Kabupaten Xxxxxxxxxx.
Kantor Xxxxxxxxxx
Kabupaten Xxxxxxxxxx termasuk menyusun rencana anggaran, melakukan pembukuan
serta menyusun laporan keuangan Kantor Xxxxxxxxxx Kabupaten Kabupaten Xxxxxxxxxx.
Tabel
3.1
Jumlah Pegawai Kantor Xxxxxxxxxx Kabupaten Xxxxxxxxxx
No.
|
Bidang
|
Pangkat
|
Jumlah Pegawai
(Orang)
|
1.
|
Camat
|
Pembina Tk. I
|
1
|
2.
|
Sekretaris Camat
|
Penata Tk.I
|
1
|
3.
|
Kasubbag Umum & Kepegawaian
|
Pembina Tk. I
Penata Muda
Pengatur Muda
Tk.I
Pengatur Muda
|
1
3
2
1
|
4.
|
Seksi Tata Pemerintahan
|
Penata Muda Tk.I
Pengatur Tk. I
Pengatur
Pengatur Muda
|
1
1
2
1
|
5.
|
Seksi PMG
|
Penata
Penata Muda
Pengatur
Pengatur Muda
Tk.I
Pengatur Muda
|
1
1
1
1
1
|
6.
|
Seksi Tantib
|
Penata Tk. I
Penata
Penata Muda Tk.
I
Pengatur Muda Tk.I
|
1
1
2
2
|
7.
|
Seksi Perizinan
|
Penata
Pengatur Muda
Tk.I
|
2
1
|
8.
|
Seksi Keistimewaan Xxxxxxxxxx
|
Penata
Pengatur
Pengatur Muda
|
1
3
2
|
Total
|
34
|
Sumber : Bagian Umum & Kepegawaian Kantor Xxxxxxxxxx,
Tahun 2016
a. Susunan Organisasi
Secara umum susunan organisasi Kantor Xxxxxxxxxx terdiri atas :
- Camat
- Sekretaris Camat
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
- Sub Bagian Keuangan, Program dan Pelaporan
- Seksi Tata Pemerintahan
- Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong
- Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum
- Seksi Perizinan
- Seksi Keistimewaan Xxxxxxxxxx
b. Kepegawaian
Pelaksana yang ada di Kantor Xxxxxxxxxx berjumlah 34
(tiga puluh Empat ) orang, dengan
komposisi sebagai berikut :
Tabel 3.3
Komposisi
Pegawai Berdasarkan Status
No
|
Status Jabatan
|
Jumlah
|
1.
|
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
|
34 Orang
|
Sumber : Bagian Umum & Kepegawaian Kantor Xxxxxxxxxx, Tahun 2016
Tabel 3.4
Komposisi
Aparatur Berdasarkan Pendidikan
No
|
PENDIDIKAN
|
JUMLAH
|
1
|
S2
|
1
|
2
|
S1
|
9
|
3
|
D.III
|
3
|
4
|
D.I
|
-
|
5
|
SLTA
|
20
|
6
|
SLTP
|
1
|
7
|
SD
|
-
|
Jumlah
|
34
|
Sumber : Bagian Umum &
Kepegawaian Kantor Xxxxxxxxxx, Tahun 2016
Dari tabel 3.4 di atas, menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan di Kantor Xxxxxxxxxx Kabupaten Xxxxxxxxxx lebih banyak
Pendidikan SLTA dengan jumlah 20 orang , Pendidikan Strata 2 sebanyak 1 orang,
Stara 1 Sebanyak 9 Orang , DIII Sebanyak 3 Orang dan SLTP 1 Orang.
Tabel 3.5
Komposisi
Aparatur Berdasarkan Golongan
No
|
Golongan
|
Jumlah
|
1.
2.
3.
4.
|
Golongan I
Golongan II
Golongan III
Golongan IV
|
-
18
14
2
|
Jumlah
|
34 Orang
|
Sumber : Bagian Umum &
Kepegawaian Kantor Xxxxxxxxxx, Tahun 2016
2.
Peran Disiplin PNS Terhadap Kinerja
Kemajuan
sebuah daerah dapat diukur dari tingkat pencapaian kemakmuran masyarakat.
Dengan demikian pegawai sangat diharapkan dapat bekerja seoptimal mungkin agar
kemakmuran masyarakat dalam suatu daerah dapat terwujud dengan nyata.
Optimalisasi kerja secara umum dapat dibedakan dalam 2 (dua) bentuk, yaitu:
kuantitas dan kualitas. Optimalisasi pekerjaan secara kuantitas teraplikasikan antara
lain dengan keaktifan seorang pegawai didalam pekerjaannya. Artinya seorang
pegawai mesti mengisi seluruh jam kerjanya secara disiplin untuk melayani
kebutuhan masyarakat sebanyak-banyaknya dengan tidak meninggalkan tugas begitu
saja sewaktu jam dinas.
Tabel 3.6
Pertanyaan-pertanyaan terhadap Pegawai Kantor Xxxxxxxxxx
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
Persentase (%)
|
||
Ya
|
Tidak
|
||||
1
|
Sewaktu mengerjakan tugas kantor
apakah anda sering meninggalkannya begitu saja
|
5
|
29
|
8
|
92
|
2
|
Apakah anda mampu mengerjakan pekerjaan
yang ditugaskan oleh atasan anda
|
32
|
2
|
95
|
5
|
3
|
Adakah anda hadir ke kantor tepat
waktu/jadwal yang telah ditentukan
|
28
|
6
|
85
|
15
|
4
|
Dapatkah anda menyelesaikan semua
tugas yang diperintahkan kepada anda tepat pada waktunya
|
30
|
4
|
90
|
10
|
5
|
Jika anda menerima tugas yang
didelegasikan kepada anda apakah anda merasa keberatan
|
2
|
32
|
5
|
95
|
Dari
tabel diatas untuk pertanyaan “sewaktu mengerjakan tugas kantor apakah anda
sering meninggalkannya begitu saja” didapat jawaban dari responden yaitu 29 orang atau 92% pegawai menjawab mereka
tidak pernah meninggalkan tugas selain waktu jam istirahat sedangkan 5 orang pegawai atau 8% menjawab bahwa
mereka sering meninggalkan tugas kantor dikarenakan mereka harus menjemput
anak-anak mereka pulang sekolah dan ada urusan lain. Dari jawaban diatas
terdapat kedisiplinan kerja yang sudah baik.
Akan
halnya optimalisasi pekerjaan secara kualitas adalah meningkatkan kemampuan kerja, baik kemampuan intelektual
maupun spiritual. Kemampuan ini dapat diasah melalui jenjang pendidikan,
kursus, pelatiahan, penataran serta pengarahan dari atasan sehingga seorang
pegawai mempunyai jiwa profesionalisme yang tinggi, sehingga mampu melaksanakan
tugas yang dibebankan kepadanya. Hal ini terdapat 32 pegawai atau 95% pegawai mampu
mengerjakan semua tugas yang dibebankan kepadanya.
Kedisiplinan
pegawai adalah kebutuhan mutlak setiap lembaga baik swasta atau negara. Apabila
hal tersebut kurang diperhatikan, maka dapat dipastikan lembaga tersebut tidak
bisa mencapai tujuan dengan baik sebagaimana yang telah ditentukan.
Sikap
disiplin seorang pegawai bisa diukur dengan standar tertentu, misalnya
kedisiplinan dari segi waktu dapat dilihat dan dinilai berdasarkan ukuran waktu
yang tegas. Seorang pegawai dipandang disiplin jika ia datang dan memulai
pekerjaan tepat waktu dan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Dari data diatas
menunjukan hanya 85% pegawai yang
disiplin dari segi waktu, sedangkan 15% persen sering datang terlambat. Ini menandakan bahwa kedisiplinan dari
segi waktu masih kurang baik. Perlu tindakan tegas dari seorang pimpinan untuk
memberikan pengarahan kepada pegawai yang sering datang terlambat.
Dari
sisi lain kedisiplinan juga dapat diukur dari segi penyelesaian tugas sesorang
sesuai target yang dibebankan kepadanya. Apabila seorang pegawai ditugaskan
menyelesaikan suatu pekerjaan dan pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan
baik sesuai target, maka pegawai tersebut dapat disebut pegawai yang disiplin.
Pada tabel diatas menjelaskan 90% atau 30 orang dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Sementara 10% tidak
dapat menyelesaikan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Ini menunjukan
kemampuan sumber daya pegawai yang masih kurang. Disini perlu adanya pendidikan
dan pelatihan-pelatihan yang harus diberikan kepada pegawai-pegawai tersebut
sesuai dengan tugasnya masing-masing
agar lebih memahami tupoksinya sehingga bisa menyelesaikan tugas dengan
baik dan tepat waktu.
Salah
satu hal penting yang perlu dicamkan oleh setiap pegawai adalah bahwa ia
bekerja didalam sebuah sistem. Ia tidak bekerja sendiri, melainkan ada atasan
dan ada bawahan. Seringkali seorang pegawai diberikan kepercayaan dan wewenang
untuk melaksanakan suatu pekerjaan oleh atasannya. Pendelegasian wewenang
tersebut tidak berarti seorang pegawai bisa bekerja sesuka hatinya. Setiap
orang mempunyai ikatan-ikatan tertentu dengan sistem yang mengitarinya.
Dari tabel diatas sebanyak 32 orang atau 95% pegawai menerima semua tugas dengan senang hati dan tidak
merasa keberatan karena itu memang sudah menjadi tugas dan kewajiban mereka
sebagai abdi masyarakat. Sedangkan 5% lagi merasa keberatan melaksanakan tugas
yang didelegasikan kepadanya dikarenakan meraka merasa bosan apabila yang
dikerjakannya pekerjaan yang itu-itu saja.
3.
Hambatan Dalam Melaksanakan Peningkatan
Disiplin Kerja
Dalam
menegakkan disiplin tentunya tidak terlepas adanya hambatan-hambatan yang
timbul dalam penegakkan disiplin kerja tersebut. Dari hasil penelitian terdapat
hambatan-hambatan yang sering muncul
dalam penegakan disiplin sebagaimana yang dikemukakan oleh Camat selaku pimpinan pada Kantor Xxxxxxxxxx antara lain sebagai berikut:
1. Lemahnya disiplin kerja dari seorang
pegawai yang berakibat buruk kepada pegawai lainnya.
2. Penempatan pegawai terkadang tidak
sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.
3. Lemahnya dorongan, motivasi dan
pengawasan dari atasan langsung yang menyebabkan pegawai malas untuk
mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya.
4. Tidak sesuainya pendapatan dengan beban
kerja. Terkadang pegawai yang bekerja maksimal mendapat pendapatan yang sama
dengan pegawai lain yang tidak ada kerja sama sekali.
5. Tidak adanya reward bagi pegawai yang
berprestasi. Kurangnya penghargaan dari atasan kepada bawahan yang telah
melaksanakan tugas dengan baik.
4.
Upaya Peningkatan Disiplin
Tidak
dapat dipungkiri bahwa upaya perbaikan kinerja dalam instansi pemerintahan akan
dapat terlaksana bila didalamnya terjadi penegakan disiplin para pegawainya.
Demikian pula halnya yang terjadi pada Kantor Xxxxxxxxxx Kabapaten Xxxxxxxxxx.
Berdasarkan
apa yang telah dikatakan oleh Camat
bahwa upaya-upaya yang dilakukan untuk peningkatan disiplin antara lain, dengan
mencontohkan disiplin kerja pada dirinya sendiri sebagai atasan sehingga
pegawai bisa meneladaninya. Hal lain yang diungkapkan untuk meningkatakan
disiplin adalah dengan membangkitkan semangat kerja para pegawai, sesederhana
apapun yang mereka kerjakan dan hasil yang mereka dapatkan selalu diberikan
pujian sehingga mereka tetap semangat dalam bekerja.
Bentuk
lain yang diupayakan untuk meningkatkan disiplin, menurut Camat yaitu dengan mengadakan rapat-rapat
kerja guna membahas berbagai permasalahan yang dihadapi dalam hal peningkatan
kinerja, serta mengevaluasi kinerja pegawai-pegawai agar bekerja lebih
maksimal.
BAB IV
PENUTUP
Dari
pembahasan yang telah dijelaskan diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
§
Pengaruh disiplin pegawai
berdampak baik dan positif terhadap peningkatan kerja pada Kantor Xxxxxxxxxx Kabupaten Xxxxxxxxxx
§
Dalam upaya peningkatan disiplin selalu terdapat
hambatan-hambatan antara lain lemahnya kesadaran aparatur menjalankan peraturan
yang telah ditetapkan
§
Upaya untuk membangun disiplin dengan peningkatan prestasi
kerja pegawai bisa dimulai dengan memberi contoh langsung lewat pekerjaan
atasan, misalnya hadir tepat/sebelum jam kantor, memberikan sedikit penghargaan
walaupun berupa pujian bagi pegawai yang telah bekerja, kendati sesederhana
kerja atau hasil yang telah diperbuat.
§
Untuk
melakukan disiplin hendaknya dilakukan pembinaan yang terus menerus agar
disiplin dapat ditegakkan mulai dari bagian yang terbawah sampai dengan
pimpinan tertinggi dari suatu badan, kantor atau lembaga.
DAFTAR PUSTAKA
A.Anwar Prabu
Mangkunegara, 2004. Manajemen Sumber Daya
Manusia, Remaja Rosdakarya, Bandung.
A.W.Widjaja, 2006. Administrasi
Kepegawaian. Rajawali, Jakarta
Drever, J. 1988, Kamus
Psikologi. (Terjemahan Nancy Simanjuntak) Cetakan II, Bina Askara, Jakarta
Gering Supriyadi, 2004. Budaya Kerja dan Organisasi, Lembaga
Administrasi Negara, Jakarta
Musanef, 1984. Manajemen
Kepegawaian di Indonesia, Gunung Agung, Jakarta
Prawirosentono, Suryadi, 2001. Kebijakan
Kinerja Karyawan, BPFE, Yogyakarta
Sri Murtini, 2004. Dinamika
Kelompok, Lembaga Administrasi
Negara, Jakarta
Suhadak, 2004. Administrasi
Kepegawaian Negara, Lembaga Administrasi
Negara, Jakarta
Sutrisno, Edy, 2010, Budaya Organisasi, Kencana : Jakarta
Turgino, 2004. Budaya Kerja
Organisasi Pemerintah, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta
W.J.S Poerwodarminta, 1998.
Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta
Disilpin
Davic
K dan John W dalam Gering (2003)
Kepemimpinan
dan motivasi
YW. Yunidhia
Bagus karya tulisnya, saya juga mau buat utk persiapan UDKP II, trims sdh memberikan gambaran.
ReplyDeleteTdk bisa didownload ya..
ReplyDeleteBagus KTnya.